Jumat, 29 Mei 2015

Surat Untuk Ayah dan Ibu

Ayah dan Ibu yang kucintai,
Mungkin kalian terkejut membaca surat yang kutulis ini. Sebegitu seriuskah yang ingin kusampaikan, hingga harus ada waktu khusus untuk menulis surat yang kuluangkan? Kenapa aku tak langsung saja mengutarakan isi hati secara lisan?
Jawabannya sederhana. Karena selama ini, ketika aku hendak menyampaikan apa yang aku rasa, Ayah dan Ibu selalu menghindarinya. Kita memang lebih senang berkompromi. Berbicara hal-hal yang tak terlalu dalam, yang tak terlalu menguras perasaan.
Namun sudah saatnya aku angkat bicara kembali. Mungkin kalian telah menebak tentang apa. Bagaimana lagi? Separuh hari-hariku selama ini kuhabiskan bersamanya. Tidak membicarakannya sama saja dengan menganggap separuh hidupku tak pernah ada.
Ayah, Ibu: dia memang terlalu sederhana untuk bisa dibilang sempurna. Namun apakah kesederhanaannya layak jadi alasan untuk menganggapnya tak pernah ada?

Ayah, aku mengerti pentingnya masa depanku untukmu. Aku pun tak lupa, tetesan keringatmu adalah upaya untuk membuatku bahagia.
Setiap hari, sejak aku kecil, aku melihat Ayah berpeluh keringat dari pagi hingga malam, kadang hingga pagi lagi. Aku tahu semua itu Ayah lakukan demi senyumku dan adik-adikku. Ayah tak ingin pendidikanku terlantar, atau manyun karena tak bisa mendapatkan mainan yang diinginkan. Sekuat tenaga, Ayah membuka jalanku meraih cita-cita.
Ayah memang selalu ingin yang terbaik untukku, termasuk dalam urusan pasangan. Aku selalu ingat nasihat Ayah untuk berpikir panjang sebelum jatuh cinta. Meski nampak tak acuh, percayalah, aku selalu mengingatnya. Dan pilihanku yang sekarang ini pun telah kutentukan bukan hanya dengan hati, namun pikiran yang panjang.



Aku tahu sejak dulu: dia dan kita berbeda. Namun, Ayah dan Ibu tak pernah mengajarkanku untuk menghargai orang hanya dari sisi sedangkal uang

Pria itu mungkin jauh dari harapan ayah dan ibu
Aku mengenal dia beberapa tahun yang lalu dalam sebuah kegiatan. Dia, pria itu, perlahan mengambil perhatianku. Walau sejak awal aku tahu akan sulit untuk Ayah dan Ibu menerimanya sebagai pasanganku, kebaikan dan ketulusannyalah yang meyakinkanku untuk berjalan beriringan dengannya.
Pria yang bersamaku saat ini mungkin latar belakang kehidupannya jauh berbeda dari kita. Tak sepertiku yang cukup menunggu kiriman dari Ayah-Ibu setiap bulannya, dia perlu bekerja keras untuk menyintas hari-harinya. Jujur, ini justru salah satu hal yang membuatku merasa ia istimewa. Ketika menyerah menjadi opsi yang begitu mudah, ada berapa banyak orang di dunia ini yang gigih bertahan menaklukkan keterbatasan? Tak banyak, aku kira. Dan di antara yang sedikit itu, ia salah satunya.
Aku justru merasa terhormat bahwa ia mau bersamaku. Aku yang tak pernah tahu makna lelah mencari nafkah, selalu terjamin hidupnya dan bisa bersantai-santai saja – dan ia percaya diriku punya sesuatu yang bisa mengembangkannya.

Bersamanya, hidup adalah urusan yang harus diperjuangkan. Tapi bukankah perjuangan yang sama juga pernah Ayah dan Ibu rasakan?
Mungkin kami akan hidup sederhana dan berjuang, sama seperti kalian dulu
Memutuskan menghabiskan hidup dengannya sama dengan menggulung lengan bajuku dan siap berusaha. Tak mungkin aku mengemis kenyamanan pada Ayah dan Ibu lagi, seperti yang dengan mudah kudapat saat tinggal bersama kalian. Untuk hidup dengan nyaman, kami berdua harus berjuang. Dan karena aku tak dibutakan perasaan, aku tahu perjuangan ini suatu saat pasti akan melewati titik gagal. Hal yang sejak dulu berusaha Ayah dan Ibu jauhkan dari kehidupan anak perempuannya.
Tapi, bukankah perjuangan semacam ini yang pernah Ayah-Ibu rasakan di awal kebersamaan dulu? Aku cukup mengerti bahwa kenyamanan hidup keluarga kita saat ini tak diraih dengan jentikan jari. Saat aku masih lebih kecil, mengapa Ayah harus sering meninggalkan rumah? Mengapa Ibu harus bersusah-payah merawatku sembari menjalani kehidupan kedua di kantornya? Mengapa uang jajan yang kupunya diberi alokasi, dan mengapa aku dimarahi ketika Ayah dan Ibu menilaiku menghambur-hamburkannya? Sebagai keluarga, kita pernah ada di bawah sana. Bukankah ini bukti bahwa masa perjuangan penuh ketidaktentuan itu tak akan berlangsung selamanya?

Kalian tahu aku bukan orang yang mudah dibutakan cinta. Aku paham betul siapa yang kupilih, dan hafal berbagai sifatnya.
Aku tak buta karena cinta
Ayah dan Ibu mendidikku untuk cerdas dalam berpikir. Ibu tentu paham bahwa aku bukan perempuan bodoh yang mudah dibuat lupa daratan karena perasaan. Melihat kegigihanku meraih cita-cita, tekadku untuk menyelesaikan sekolah dan segera mengambil kerja, apakah Ibu bisa mengecapku sebagai anak perempuan yang menghabiskan waktunya hanya untuk memikirkan cinta?
Sebelum menuliskan surat ini, aku telah menimbangnya berkali-kali. Melihat dan mengenal sosoknya membuat akal sehatku berkata dialah orangnya. Sifatnya yang beridealisme kuat dan pekerja keras membuatku terpacu untuk tidak hanya sekedar berpangku tangan. Bersamanya aku tahu apa yang aku inginkan, dan bagaimana cara mendapatkannya.
Dia memang dari keluarga sederhana yang biasa saja. Tapi, dia tahu apa yang menjadi kemampuannya dan mampu menggunakannya untuk sedikit demi sedikit mengubah — bukan hanya hidupnya — namun juga orang-orang di sekitarnya.


Kalian mendidikku untuk mandiri. Takkan pernah aku lepas tangan dan membiarkan pasanganku berjuang sendiri untuk kami.
Aku pun akan berusaha untuk hidupku
Selain pendidikan dan kemampuan, kalian mendidikku untuk tak pernah berserah pada orang lain. Saat ini, aku tumbuh menjadi perempuan mandiri yang juga mampu menghidupi diri sendiri. Meski pria diharapkan menjadi tulang punggung keluarga, aku tak akan sepenuhnya bergantung pada dia yang akan menjadi suamiku kelak. Aku tak akan membiarkan ilmu yang kumiliki mandeg hanya karena berstatus istri.
Jadi kalau dia masih berjuang, aku pun punya cadangan untukku, syukur-syukur untuk kami berdua. Ayah dan Ibu tak perlu khawatir kalau suatu saat aku harus”pulang” karena dapurku dan dia lama tak mengepul.


Dan percayalah, tak ada yang ingin dibuktikan olehnya lebih dari janji bahwa kami akan bahagia bersama
Aku tak akan mengecewakan kalian
Jika ada pria yang paling mencintaiku, sudah pasti Ayahlah orangnya. Mungkin jika kita harus membandingkan, cintanya padaku tak sebesar cinta Ayah. Apa yang telah ia korbankan tak akan pernah menyamai pengorbanan Ayah. Tapi soal masa depan, jangan ragukan tekadnya untuk berjuang. Suatu saat dia juga akan menjadi seorang ayah, dan sama seperti yang Ayah lakukan, dia juga berjuang demi kebahagian anak-anak kami.
Aku tak memaksakan diri untuk bisa bersamanya. Namun bila kami memang ditakdirkan untuk bersatu, kumohon terimalah dia dengan tulus sebagai pria yang akan berjalan seiring dengan langkahku.

Dariku,

Yang selalu kalian banggakan.


http://www.hipwee.com/hubungan/bapak-ibu-aku-tahu-kalian-sayang-padaku-tapi-bolehkah-dia-yang-sederhana-meminangku/

Selasa, 26 Mei 2015

PADA AKHIRNYA..

2 tahun lalu, aku masih seperti biasa melewati hari-hari seperti yang kulalui saat ini
terbangun sebelum adzan subuh berkumandang untuk kemudian sibuk sendiri memulai beraktivitas ke kantor
melewati tumpukan memo, mengerjakannya, mencoreti satu-per satu list pekerjaan yang sudah rampung, dan terkadang dihiasi teguran dan omelan atasanku yang lama, sebelum aku ada di unit legal..

seharusnya hiburan dan pelepas penatku adalah dia yang kusebut sebagai pacar (mantan) ku
tapi kenyataannya rasa excited dan bersemangat untuk menghubunginya semakin menguap saja, seiring dengan kesibukannya yang rasa-rasanya terlihat ambisius dan mengabaikan permintaanku yang aku sendiri bahkan sudah bosan untuk mengulanginya lagi,
"aip, kapan kita nikahnya? aku udah kerja, kamu juga udah. aku lagi proses ambil S2 ku, sambil jalan kan enak kalo kita nikah, daripada pacaran terus banyak mudharatnya"
dan dia pun mungkin sama bosannya sepertiku untuk menjawab, "sabar, aku belum kepikiran nikah, masih terlalu muda ah",
buat laki-laki emang terlalu muda, tapi buat perempuan, umur kami ini cukup.
akibat seumuran. huff.

selang beberapa bulan, kami pun putus, padahal usia pacaran ku dengan mantanku ini cukup lama, 5 tahun..
aku ga bisa menunggu terlalu lama dan dia pun tidak bisa mengiyakan terlalu cepat (menurutnya)

ku jalani lagi aktivitasku seperti biasa dan banyak kuhabiskan dengan keluargaku di tiap akhir pekan, demi membunuh rasa susah move on dan penyakit jelek "mendadak mellow" kalo inget hubungan kami yang sudah selesai..

kemudian, disuatu hari seperti biasa, akupun mengeluh ke teman perempuanku, keluhan yang aku tak pernah sangka akan berdampak sejauh ini
"kak, aku pengen punya pasangan, tapi aku maunya diseriusin, dan kalo bisa yaa dia juga berencana menikah dalam jangka waktu dekat, tahun ini atau tahun depan lah maksimal. ga mesti ganteng, ga mesti kaya, yang penting baik, punya pekerjaan tetap, soleh dan kamu kenal dia baik-baik", "hahaha, ya ampun cin segitu desperatenya ya, yaudah nanti kupikir dulu ya siapa kira-kira temenku yang begitu, tenaang aja"
udah, selesai gitu aja keluhanku hari itu.

guess what, tanpa menungu lama siang itu ada seseorang yang ga aku kenal, bahkan liat namanya pun dahiku berkerut, ini siapa ya.. temenku ga ada yang namanya begini perasaan..
ku accept permintaan pertemanannya di bbm ku, dan sejak saat itu kamipun intens berkomunikasi, laki-laki ini adalah laki-laki yang dikenalkan oleh teman kantorku dan entah kenapa obrolan kamipun mengalir dan seperti tidak ada habisnya,
dan laki-laki inilah yang pada akhirnya meminangku ke hadapan kedua orangtuaku dengan membawa keluarganya

laki-laki yang datang begitu cepat dan begitu mudahnya merubah seluruh hari-hariku
yang selalu berusaha semampunya untuk membuatku bahagia dan sebijak mungkin mengajariku untuk menjadi lebih baik tanpa terkesan menggurui
laki-laki yang mampu menutup semua kekuranganku karena kepandaiannya dalam berhitung dan bermain angka sangatlah berlawanan dengan lemotnya otakku ketika dihadapkan dengan angka-angka
yang membuat senin sampai jumatku terasa lebih lama kulalui karena aku selalu tidak sabar menunggu ia menghampiriku di akhir pekan
laki-laki yang dekat dengan adik-adikku karena setiap kami berkencan ia selalu merayu adik kecilku untuk ikut bersama kami dengan iming-iming makan eskrim yang selalu jadi jurus andalannya
laki-laki yang bisa berjam-jam menghabiskan waktu mengobrol dengan ayahku dan entah apa yang mereka bicarakan, mungkin ia melakukannya untuk membunuh rasa bosan menungguku berdandan
laki-laki yang pandai mencuri hati ibuku dengan berbagi gifts kecil untuk ibuku hingga akhirnya ibuku pun luluh dan merestui kami
laki-laki yang akhirnya berjanji akan berusaha menjadi imam yang baik untukku dan keluarga kecil kami kelak

sumringah banget ga sih senyum aku pas acara temu keluarga besar kami :))

laki-laki yang dengan sabarnya meladeni seluruh ocehan dan permintaanku untuk acara pernikahan kami yang rencananya akan kami langsungkan sebelum akhir tahun ini, insha Allah

terima kasih ya,
Rega Natara..
:)

Senin, 25 Mei 2015

Review Wirasti Catering, (ternyata) mengecewakan..

Sebenarnya aku ga mau nulis review detail Wirasti Catering di postinganku sebelumnya
karena kupikir yah buat apa menceritakan hal yang kurang berkenan ke orang lain, lebih baik kusampaikan ke pemilik catering supaya beliau bisa memperbaiki kualitas makanan dan pelayanannya..
tapi ternyata, hal yang kucoba kutahan untuk ga mengkritik terlalu banyak ternyata malah bikin gondok aku di kemudian hari,

jadi ceritanya kantorku ngadain acara semacam pisah sambut untuk ibu wakil kepala divisiku, dan aku bilang ke salah satu temenku yang ngurusin konsumsi untuk acara, daripada pusing-pusing mending pake catering aja, dan aku cerita kalo kemaren acara nembungan dirumahku aku pake Wirasti Ctaering,
singkat cerita dipakelah Wirasti ini di acara kantorku
kaget banget pas liat menu yang disajiin sebegitu variatif dan banyak, daripada yang disajiin pas acara dirumahku
sebagai contoh, di rumahku dia cuma kasih menu standar (banget) nasi putih, nasi goreng, ayam gulai, rolade daging, kakap pedas manis, sop ayam dengan potongan ayam yang kecil dan jus mangga yang aku rasa ini cuma sirup mangga aja karena ga ada tekstur jusnya sama sekali dan juga puding coklat + fla
itu aku kena charges 70.000/pax , lumayan kan bok
oke sampe disitu aku ngerasa no worry karena ga ada perbandingan dengan menu orang lain

tapi pas sajian di acara kantor dengan menu nasi bakar, sate lilit, dendeng balado, ayam bumbu kuning, sayur lodeh, tekwan, buah, dan es dawet. agak cengoklah ya aku didepan hidangan itu sambil ngebatin, gile kemaren gue disodorinnya menu standar banget kok ini wow gini ya, okelah kupikir mungkin paket ini harganya lebih mahal
aku tanya2 lah ya ke temenku yang kurekomendasiin buat pake wirasti kalo dia kena harga berapa per pax untuk acara dikantor, dan dia jawab "gue kemaren dapet 60.000/pax aja bella"

WHAT? PARDON ME?
.
paketan yang gue pake dirumah jauh lebih mahal 10.000/pax dan menu di gue standar abis

ISTIGHFAR KENCENG

aku langsung confirm via sms ke bu tatiek yang mana beliau ini adalah si empunya catering dan ku sampaikan bahwa aku ga abis pikir aja kenapa dikantor aku menunya bisa begitu wow dengan harga jauh dibawah yang dia kasih ke aku dan menupun jauh lebih variatif di acara kantor aku
si bu tatiek dengan tanpa minta maafpun, dengan lempengnya ngejelasin bahwa ya emang dia kasih special kekantor aku karena dia lagi promosi biar bisa dipake terus sama kantorku

HELLOW IBU, yang ngerekomendasiin ke kantor untuk pake catering sampeyan itu GUE loh yaa
dan tanpa berdosa dan tanpa minta maaf, lempeng aja pembelaannya ke semua keluhan aku
biar giamanapun kan aku customer dan aku punya mulut ya, ilmu gethok tular alias promosi by mulut customer kan bisa ngebuka pintu-pintu rejeki lain, bukan berarti karena aku customer acara rumah jadi seenaknya aja gitu totalitas pelayanannya

ah cukuplah pake wirasti catering, sekali ini aja
kecewa se kecewa kecewanya
huff..

Senin, 18 Mei 2015

NEMBUNG (JAVA VERSION)

Walhamdulillah Wasyukurillah Wanikmatilah

tanggal 16 Mei 2015 kemarin sudah resmi ditembung oleh keluarga mas ega,
hehe..

agak riweuh emang ngurusin printilan macem, cateringnya nanti pake yang mana, hantaran balik untuk keluarga si mas apa aja, undangannya siapa aja mengingat ini acara keluarga sebenarnya tapi tetep harus ada saksi dari para tetangga dan pihak masjid sebagai yang kami hormati di lingkungan perumahanku belum lagi gank ShoCan (Sholehah Cantik)nya si mama sebagai ibu-ibu pengajian di perumahan yang kata mama harus banget diundang, dan alhamdulillah acara berjalan lancar walau ada sedikit missed tapi toh ga mengurangi niat kita buat tetep nikah kan :p

perihal catering, agak susah juga nyarinya karena acaraku kurang lebih ada 35 orang dan pesen catering kira-kira untuk 50 orang, rata-rata catering maunya min. 100 pax dan kalo dibawah 100 pax kena charges 10% per pax nya, hiks mayan kan ya chargesnyaa :( dikala lagi galau browsing-browsing dikantor, si kakak evrien nyeplos buat pake Wirasti Catering, , dan alhamdulillah deal sama Wirasti Catreing ini untuk 50 pax tanpa pake charges even aku pesen dibawah 100 pax plus dianterin test food 3 kotak makanan, rasanya sih ya standar ajalah meskipun menurut aku pribadi rasanya kurang nendang, sebatas oke lumayan tapi pelayanannya lumayan, sebelum acaraku mulai jam 10 semua hidangan udah beres beserta mini decornya, cantik juga even acara ini sederhana aja dirumah :D dan setelah acara, makanan masih nyisa lumayan banyak yang pada akhirnya sama si mbak lastri (embak andalan) dibungkusin buat keluarga si mas beserta tamu-tamu, plus tetangga yang ga dateng dan itupun masih nyisa banyak dirumah.

okey, untuk hantaran balik ke keluarga si mas, aku sama mama berburu dikala subuh buta, iya serius sebelum subuh malah, ke pasar subuh senen which is ini tempat jualan kue terkomplit dan para pedagang kue seantero jakarta banyak kulakan disini, kulakan itu bahasa jawa dan aku gatau bahas indonesianya apa hahaha. bayangkan, sekotak gede lapis legit yang harganya suka bikin nyesek disana cuma separo harga aja dan rasanya endeus, ah murce sistaahh.. belum lagi ada roti buaya sepasang yang bikin gatel pengen dibeli juga, tapi ya mengingat aku adalah pihak perempuan dan roti buaya itu biasanya untuk adat betawi, ya ga matching lah ya kubeli itu si buaya x) dan hantaran lainnya adalah buah-buahan yang eblinya sih di pasar deket rumah aja plus dibungkus parcel gitu, ah cantiknyaa

acara nembungan ini emang sengaja ga pake tuker cincin layaknya capeng-capeng lain, somehow ya pengen juga tapi ortu menyarankan lebih baik tidak karena ya beliau belum nemuin sunnahnya, okelah nurut aja aku, apalagi si mas, bisa2 gagal sunting kalo si mas ngeyelan (amit2)

ternyata, become a bride to be itu membahagiakan
baru kali ini ada rasa repot yang menyenangkan
apalagi setelah ini si mas ngajakin belanja-belanja seserahan dari ujung kaki ke ujung kepala dan itu bebas tak bersyarat, terserah mbak tya aja intinya
gimana ga sayang :'p

Kamis, 07 Mei 2015

Ayahku, iya dia ayah kebanggaanku

ayah selalu bangun pukul 04.20 tepat disaat aku terbangun juga setiap harinya,
oh tapi aku hanya melakukan rutinitas bangun sepagi itu hanya untuk senin-jum'at karena lokasi rumahku yang sebenernya tidak terlalu jauh dengan kantor tapi misteri macetnya jakarta hanya dengan selisih waktu beberapa menit itu mengerikan untukku, maka kurelakanlah bangun sebelum adzan subuh berkumandang dan bergegas mandi..
sedangkan ayah,
ayah terbangun, membersihkan diri di kamar mandi, berwudhu dan kemudian berjalan kaki menuju masjid untuk shalat subuh berjama'ah
sementara ayah menuju ke masjid, akupun bersiap diri untuk berangkat dan terlebuh dahulu menunggu iqamah subuh untuk segera shalat subuh,

ayahkulah yang selalu iqamah di masjid perumahan kami setiap harinya, setiap hari kerja ia sengaja mempercepat iqamah karena ia tak mau membiarkanku aku menunggu terlalu lama di depan masjid dan akhirnya terburu-buru mengejar omprengan langgananku yang selalu tepat waktu itu

selepas ayah iqamah, akupun shalat subuh dirumah dan lekas turun ke garasi, mengeluarkan mobil dan mengendarainya menuju masjid, ya aku menunggu ayahku selesai berjama'ah subuh
setelah salam pada tahiyat akhir, ayah tidak berdoa terlalu lama, bukan.. bukan karena ayah malas berlama-lama, tapi ayah tidak mau putrinya ini menunggu terlalu lama di dalam mobil di depan masjid

ah ayah, maafkan anakmu ini yang sampai sebesar inipun masih saja merepotkan ayah

pukul 05.00, ayahpun mengantarku ke islamic, islamic itu tempat dimana aku biasa naik omprengan setiap paginya..

sesampainya disana, kusalimi ayahku kemudian akupun turun dan selalu berucap "makasih ayaah", sebagai kompensasi yang bahkan seujung kukupun belum sebanding dengan apa yang ayah lakukan demi putrinya ini setiap harinya

Pukul 18.00
BBM dari ayahpun selalu berbunyi seperti ini kurang lebih, "nak, sudah pulang?", ayah hanya memastikan aku pulang dari kantor jam berapa untuk menyesuaikan waktu pulangnya juga agar ayah bisa menjemputku lagi, di islamic.. ya islamic ini titik pertemuan kami, baik saat ayah mengantarku ataupun menjemputku,jarak islamic dari rumahku tidak terlalu jauh, hanya sekitar 7 menit..

maka, ayah pun selalu menungguku disana agar setiba aku di islamic dan turun dari omprenganku, ayah dan aku bisa pulang bersama kerumah dan makan masakan mamaku bersama sepulang kerja

mengingat lokasi kantorku lebih jauh dari lokasi kantor ayah, maka ayahlah yang sering tiba di islamic terlebih dulu, dan menungguku, bahkan hingga ayah jatuh tertidur mungkin karena ayahpun lelah bekerja
setiba di islamic, akupun menuju tempat dimana mobil ayah parkir menungguku, dan ah hatiku rasanya yah begitulah, aku tidak bisa menjelaskan rasanya, saat kulihat ayahku dengan setia menunggu putrinya sampai untuk pulang kerumah bersama
padahal kalau ia mau, bisa saja ia pulang kerumah duluan dan beristirahat
tapi ia tidak mau, ia selalu bersikeras menungguku dan pulang bersamaku kerumah

ayahku
seingatku sejak aku bayi hingga aku berusia 23 tahun saat ini, ayahlah laki-laki yang setia padaku, memperlakukanku dengan baik, mengupayakan seluruh kemampuan terbaiknya untuk kepentingan anak-anaknya, mengantar jemput aku dan adik-adikku, semua selalu ia selipkan dan sesuaikan ditengah-tengah kesibukannya bekerja

maka, jika ada laki-laki yang hendak menggantikan posisi ia, jelas laki-laki itu tidak akan pernah bisa
ia pahlawanku, lelaki terbaikku
setidaknya, laki-laki yang akan mendampingiku nanti akan mendapat tempat baru dan bukan menggantikan tempat ayahku
ya, laki-laki yang selama ini kurasa cukup mampu berperan sedikit banyak sifat dan lakunya seperti ayahku
insha Allah